Sit Down & Talk: When I Lost My Spark

sit-down-talk-when-i-lose-my-spark

Selama hidup mungkin kita akan berulang kali berada pada momen di mana percikan di dalam diri kita menghilang, meninggalkan kita pada ketimpangan dan dalam ruang gelap—tersesat, tanpa tujuan dan jiwa, merasa seakan cahaya yang bersinar di dalam hati kita juga ikut lenyap.

Beberapa pekan lalu, ketika kehilangan percikan saya, membuat saya berlarut-larut tenggelam dalam kemuraman. Menginginkan agar waktu yang seolah bergulir tidak berguna supaya cepat-cepat berlalu dan segera membawa saya pada hari ketika percikan itu bisa menyala kembali.

Dibandingkan dengan ketika perasaan melankolis menyerang saya, kehilangan percikan di dalam diri saya merupakan sesuatu yang lebih buruk dari itu. Karena sungguh, ketika percikan itu menghilang seakan semua hasrat pada tubuh saya juga ikut menghilang. Saya menjadi tidak bergairah pada apapun, seolah sumber yang menyalakan api semangat, kebahagiaan, dan kedamaian pada diri saya benar-benar padam.

Saya tengah menjalani proses panjang untuk menyalakan kembali percikan di dalam diri saya ketika tanpa sengaja menemukan sebuah kutipan indah ini:

"It's okay if you fall down and lose your spark. Just make sure when you get back up, you rise as a whole damn fire."
-Colette Werden-

Berkali-kali saya mengulang membacanya dan juga menyelipkannya ke dalam hati, lalu tiba-tiba sesuatu tebersit di dalam benak saya yang masih berkabut kala itu, "Saya tidak sendirian. Saya bukan satu-satunya yang bisa kehilangan percikan di dalam dirinya."

Perlahan-lahan kecemasan di dalam diri saya pun mereda, dan digantikan dengan perasaan nyaman.

Hingga akhirnya saya pun mulai bisa menyadari suatu hal, jika Semesta sedang mencoba berbicara dengan saya. Dia ingin mengatakan jika saya akan baik-baik saja meski dengan percikan yang hilang ini.

Karena dari dulu, di dalam hati kecil saya, saya selalu percaya bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan di dunia ini, Tuhan dan juga Alam Semesta akan selalu ikut campur dalam setiap detil kehidupan kita, termasuk akan memeluk dan merangkul kita ketika percikan di dalam diri kita padam, kita hanya harus pandai-pandai membaca pertanda yang dikirimkan oleh Semesta.

Seperti apa yang pernah saya baca dalam buku The Alchemist karya Paulo Coelho (sebuah buku yang sangat berharga, yang akan membimbing kita untuk mempercayai kata hati dan tidak pernah menyerah pada impian), jika diri kita merupakan bagian dari Alam Semesta dan jiwa kita adalah bagian kecil dari jiwa yang dimiliki oleh Alam Semesta, sehingga apapun yang kita rasakan maka Alam Semesta juga akan merasakannya.

Dan jika suatu hari nanti kamu merasakan percikan di dalam dirimu menghilang: Ingatlah jika kamu tidak sendirian, mungkin itu akan menjadi masa-masa yang menyeramkan ketika kamu kehilangan percikanmu. Walau gelap cobalah untuk berdamai dengannya dan sedikit demi sedikit berjuang mengembalikan nyala percikan itu. Tenang saja, karena ada Tuhan dan Alam Semesta yang akan selalu menemanimu dan merangkulmu, hanya saja kamu perlu sedikit peka untuk itu. Dan meskipun nantinya itu akan menjadi proses yang panjang dan menyulitkan, tapi saya yakin semua itu akan mendewasakan kita dan membuat kita belajar hal baru lagi tentang kehidupan. Karena...

"Kita semua berada dalam kelas tari, belajar menguasai gerakan demi gerakan. Kita semua adalah murid-murid kehidupan, mempelajari cara-cara baru untuk bergerak dalam harmoni dengan irama musik kehidupan yang terus berubah. Dengan cara kita sendiri, kita semua juga merupakan guru, saat kita berbagi apa yang kita pelajari dengan orang lain."
-Patricia Spadaro, Respect Yourself-

Semoga tulisan ini bisa menjadi teman ketika percikanmu hilang. Peluk cium dari saya untukmu!




PHOTO COURTESY OF KATE LA VIE

Comments